Kewajiban mengasihi orang tua sendiri diajarkan pada seluruh agama. Sebagai anak, apa pun keadaannya, kita permanen wajib menghormati orang tua kita. Jangan hingga kita durhaka pada orang tua hanya lantaran orang tua tidak lagi lincah & bertenaga misalnya dulu.
Tidak hanya agama, seluruh tata cara pula menempatkan posisi orang tua yg begitu tinggi. Tanpa orang tua, mungkin kita nir mampu sesukses kini pada meraih cita-cita. Begitu berharganya orang tua, beberapa suku pula mengadakan tradisi yg bertujuan menghargainya. Salah satu suku yg mengadakan tradisi penghormatan orang tua merupakan Batak Toba. Sama misalnya suku lainnya, Batak Toba mempunyai tradisi spesifik menghormati orang tua yg bernama Manulangi Natua-tua. Tradisi itu sendiri wajib diikuti sang semua anak, cucu, bahkan cicitnya.
Manulangi Natua-tua sendiri terdiri menurut 2 istilah, yakni manulangi & natua-tua. Kata manulangi artinya ‘menyuapi’, sedangkan natua-tua artinya ‘orang tua’ (mampu ayah atau ibu) yg telah sepuh. Dan arti menurut manulangi natua-tua sendiri merupakan menyuapi orang tua pada artian membalas jasa mereka yg begitu ikhlas merawat kita sembari meminta berkat supaya apa yg kita capai bisa terwujud menggunakan baik.
Untuk mengadakan tradisi ini, anak menurut orang tua yg telah sepuh semuanya wajib telah menikah, atau statusnya dianggap saur matua, & pastinya menaruh cucu. Dalam adat istiadat Batak Toba sendiri, status saur matua begitu tinggi. Mengapa? Sebab, oleh orang tua telah senang melihat anak-anaknya sudah berkeluarga. Maka jangan heran jika terdapat program kematian orang tua menurut suku Batak Toba yg seluruh anaknya menaruh cucu, prosesi mampu diadakan selama berhari-hari buat menaruh penghormatan terakhir.
Tradisi ini nir mampu asal-asalan dilakukan. Tradisi ini dilakukan menggunakan kondisi seluruh anak cucunya berkumpul & keadaan oleh orang tua, maaf, telah mendekati ajalnya. Semua anak & cucunya wajib melakukan musyawarah kapan tradisi tadi dilakukan. Syaratnya memang susah buat dipenuhi, mengingat suku Batak dikenal senang merantau demi memenuhi falsafah hamoraon, hagabeon, & hasangapon (kekayaan, kehormatan, & keturunan). Semakin populer anaknya, semakin terpandang keluarganya. Jangan heran orang tua suku Batak Toba rela menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi demi meraih falsafah tadi.
Jika ketika sudah disepakati, tradisi tadi bisa dilakukan. Pada tradisi tadi, yg menyuapi pertama kali merupakan putra tertua sampai termuda bersama istrinya. Pada pesta adat batak Toba sendiri, posisi laki-laki lebih tinggi lantaran selain membawa marga, pula dituakan pada tata cara.
Siklus hadiah kuliner pada orang tua sendiri dilanjutkan menggunakan cucu tertua menurut putra tertua sampai cucu termuda menurut putra termuda. Setelah keturunan anak-anak laki-laki, dilanjutkan menggunakan urutan putri tertua sampai termuda bersama suaminya hingga berakhir dalam cucu tertua menurut putri tertua & cucu termuda menurut putri termuda. Setiap keturunan menaruh 3 suapan sembari menaruh istilah-istilah kasih sayang.
Hidangan tradisi ini asal menurut daging kerbau atau babi yg wajib disembelih sendiri. Suku Batak Toba menghargai kerbau lantaran jasanya membantu petani pada sawah. Khusus buat program saur matua, daging kerbau boleh tersaji mengingat orang tua telah tanggal menurut tanggung jawabnya. Daging kerbau mampu diganti menggunakan daging babi, tergantung kondisinya.
Meski tradisi ini terlihat sekadar saling suap-menyuapi kuliner pada anggota famili, akan tetapi tradisi ini punya makna yg amat pada. Manulangi natua-tua mendeskripsikan daur hayati seorang menurut anak-anak, remaja, dewasa, menikah, sampai mempunyai keturunan. Tiap fase pada daur tadi mendeskripsikan perubahan status sosial seorang. Tradisi ini merupakan masa yg sempurna buat memanjatkan doa supaya keturunannya senantiasa diberi berkah & orang tua dijauhkan menurut segala mara bahaya.
Dalam tradisi ini, kadang diadakan juga program pembagian warisan. Semua warisan akan dibagi homogen & diberikan selesainya orang tua tiada. Pembagian harta tadi diadakan pada awal program & dicatat. Kerabat dekat diundang buat dijadikan saksi pada pembagian harta tadi.
Manulangi natua-tua adalah keliru satu model tradisi menghormati orang tua suku Batak Toba yg telah turun-temurun. Pada kesempatan ini, orang tua merasa senang melihat anak cucunya berkumpul. Secara nir langsung, tradisi ini pula jadi ajang buat saling mengenal anggota famili yg lain